Senin, 23 April 2012

Kim= rumput laut, bab= nasi. Kimbab adalah jenis masakan Korea yang terbuat dari nasi yang digulung dengan kim/nori dan diberi beraneka macam isian, baik berupa sayuran maupun daging-dagingan. Kimbab ini boleh juga disebut ‘nasi gulung’.

Bahan-bahan membuat Kimbab :
  • kim/nori beberapa lembar
  • Nasi pulen (yang masih panas)
  • Wortel, timun diiris tipis memanjang. Tumis sebentar hingga layu.
  • Telur dadar, diiris memanjang. Waktu membuat telur dadar, jangan lupa dibumbui garam dan merica ya…
  • Crab stick, sejenis daging kepiting sintesis. Boleh diganti daging-dagingan yang lain.
  • Garam
  • Minyak wijen, bila suka
  • Merica bubuk
Cara membuat kimbab :
1. Ambil nasi panas secukupnya, tambahkan garam, merica bubuk dan minyak wijen (bila suka). Aduk hingga rata.
2. Letakkan selembar kim/nori diatas sushi roll. Bila tidak ada sushi roll, bisa menggunakan kertas pembungkus nasi. Letakkan nasi diatas kim, jangan sampai penuh agar nasi tidak berhamburan saat digulung.
3. Letakkan telur dadar, wortel, timun, crab stick diatas nasi. Susun memanjang.
4. Gulung secara perlahan-lahan dan sambil ditekan, agar hasilnya rapi
5. Potong-potong kimbab, jangan terlalu tebal.




sumber : http://try2bcoolnsmart.wordpress.com/2010/11/07/belajar-membuat-kimbab/

Minggu, 11 Maret 2012

When I Look At You - Miley Cyrus



Everybody Needs Inspiration,
Everbody Needs A Song.
A Beautiful Melody,
When The Night's So Long.
Cause There Is No Guarantee,
That This Life Is Easy.

Yeah When My World Is Falling Apart.
When There's No Light To Break Up The Dark,
That's When I, I, I Look At You.
When The Waves Are Flooding The Shore,
And I Can't Find My Way Home Anymore.
That's When I, I, I Look At You.

When I Look At You,
I See Forgiveness,
I See The Truth.
You Love Me For Who I Am,
Like The Stars Hold The Moon,
Right There Where They Belong.
And I Know Im Not Alone.

Yeah When My World Is Falling Apart,
When There's No Light To Break Up The Dark,
That's When I, I, I Look At You.
When The Waves Are Flooding The Shore,
And I Can't Find My Way Home Anymore,
That's When I, I, I Look At You.

You, Appear Just Like A Dream To Me.
Just Like Kaleidoscope Colors,
That Cover Me,
All I Need,
Every Breath That I Breathe,
Don't You Know You're Beautiful!

Yeah

When The Waves Are Flooding The Shore,
And I Can't Find My Way Home Anymore,
That's When I, I, I Look At You.
I Look At You, Yeah, Woah.

You, Appear Just Like A Dream To Me.
Ost. Master Of Study a.k.a God Of Study


Jumat, 09 Maret 2012

Excited dengan drama musikal Dream High 2.
Yaaaaa walaupun ceritanya berbeda dengan Dream High 1 tapi, bagus juga kok :*
Kangen pengen liat pemain Dream High 1 main di Dream High 2 walau hanya sebagai cameo.
Nyatanya sekarang baru 2 pemeran utama dari 6 pemeran utama di Dream High 1 yaitu Kim Soo Hyun dan IU.


Nih aku bakalan kasih beberapa foto dari Dream High 2

















baru ada segini aja fotonya.
mungkin lain kali lagi bakal ditambahin :)
드 림 하 이 2 사 랑 해 :*

Selasa, 06 Maret 2012

Dream high 2 episode 11 part 2/5 (ENG SUB)

Cerpenku

DIA BUKAN UNTUKKU


21 November 2004
            Siang itu saat matahari mulai memancarkan cahayanya yang terang, terlihat Rian dan Lola yang sedang bermain ayunan di taman kompleks rumah mereka. Semua itu terlihat wajar untuk anak berumur 10 tahun seperti mereka. Bermain dan menghabiskan waktu bersama dengan teman sebaya mereka. Persahabatan yang indah pun terjalin di antara Rian dan Lola. Persahabatan yang di mulai sejak mereka dilahirkan karena persahabatan yang terjalin di antara kedua orang tua mereka. Latar belakang keluarga yang sama sebagai anak tunggal membuat mereka menjadi semakin dekat satu sama lain.
            Akan tetapi, hari itu mungkin akan menjadi hari terakhir kebersamaan mereka. Orang tua Rian memutuskan untuk pindah ke luar negeri karena sang ayah di pindah tugaskan di sana. Untuk memberikan ingatan perpisahan yang menyenangkan mereka saling berjanji satu sama lain untuk tidak adanya tangisan karena mereka yakin bahwa suatu saat nanti mereka akan bertemu lagi.
            Saat sedang asyik bermain, Rian tiba-tiba saja teringat sesuatu dan mengajak Lola untuk pergi ke suatu tempat bersamanya.
“Rian tunggu. . . .”, teriak Lola sambil mengejar anak lelaki di depannya.
“Ayo cepat, ada yang mau aku tunjukin ke kamu”, jawab Rian sambil tetap berlari.
“Tunggu ! Kita mau ke mana sih sebenarnya ?”, tanya Lola.
            Menghentikan langkahnya dan berlari menghampiri Lola.
“Kamu percaya kan sama aku ? Aku mau nunjukin ke kamu sesuatu tapi, bukan di sini tempatnya”, jawab Rian mencoba meyakinkan Lola.
            Lola hanya diam dan mengiyakan apa yang dikatakan oleh Rian. Kemudian Lola pun mengikuti langkah Rian dengan perasaan bingung. Sampai akhirnya mereka pun sampai di sebuah gedung tua dekat kompleks perumahan mereka.
“Kita mau ngapain ke sini ?,” tanya Lola bingung.
“Kita ke sini karena aku mau ngeliatin ini ke kamu”, jawab Rian sambil menggendong seekor anak kucing yang ternyata selama ini sudah ia pelihara secara diam-diam di gedung itu.
“Ini kucing siapa ? Kucing yang lucu. Namanya siapa ?”, tanya Lola pada Rian.
“Ini kucing peliharaanku. Hanya saja karena orang tuaku nggak pernah membolehkan aku untuk memelihara binatang jadi aku tinggalkan dia di gedung ini sambil diam-diam kupelihara. Aku juga belum sempat menamainya”, jawab Rian.
“Sudah berapa lama kamu memeliharanya ? Aku nggak pernah tau loh kalau selama ini kamu memelihara seekor kucing dan kamu sembunyikan di sini. Tapi, gimana nasib kucing ini saat kamu pergi nanti ?,” tanya Lola.
“Aku sudah memeliharanya 2 bulan belakangan ini. Justru itu La, aku mau minta tolong kamu untuk merawat kucing ini sampai nantinya aku kembali. Orang tua kamu kan memperbolehkan kamu untuk memelihara binatang. Kamu mau kan ngelakuin itu demi aku ?”, mohon Rian pada Lola.
“Oke ! Aku mau tapi, aku punya perjanjian untuk kita berdua”, jawab Lola.
“Perjanjian apa ?”, tanya Rian bingung.
“Ini kalung dari mendiang nenekku yang sangat berharga untuk aku. (sambil meleaskan kalung di le Aku mau kamu jaga ini untuk aku. Dan saat kamu kembali nanti tepat di hari ulang tahun kita yang ke-17 baru deh kita kembalikan ke pemiliknya masing-masing. Aku bakalan kembalikan kucing ini ke kamu dan kamu juga bakal kembaliin kalung ini ke aku. Gimana ?”, ajak Lola sambil mengajukan jari kelingkingnya.
“Oke aku mau ! Aku janji bakalan nepatin janji ini”, jawab Rian.
“Janji ?”, tanya Lola.
“Janji !”, jawab Rian sambil mengaitkan jari kelingking mereka berdua.
***
25 November 2011
Enam tahun berlalu semenjak hari itu. Tidak ada kontak dari Rian selama enam tahun ini. Lola selalu berharap bahwa Rian akan menghubunginya suatu saat. Tapi, setelah enam tahun berlalu tidak ada sekali pun kabar dari Rian dan keluarganya. Bahkan orang tua Lola juga kehilangan kabar dari mereka.
            Lola yakin pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Rian. Karena jika tidak, sangat tidak mungkin mereka akan putus hubungan seperti ini. Di dalam hatinya Lola tetap yakin suatu saat nanti Rian akan kembali dan menepati janji mereka berdua dulu.
            Seperti biasanya setiap minggu pagi Lola selalu bermain dengan kucing yang dulu dititipkan oleh Rian kepadanya. Saat sedang memberi kucing itu makan, Lola melihat sesosok cowok tinggi semampai berdiri di depan rumah Rian. Sentak Lola pun terdiam. Terlebih lagi dia melihat kedua orang tua Rian yang merangkul cowok itu dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah itu.
“Rian . . . .”, ucap Lola lirih.
            Dengan cepat Lola berlari menghampiri cowok itu.
“Rian. . .”, panggil Lola.
            Cowok itu dan orang tuanya Rian pun menoleh ke arah Lola.
“Kamu siapa ?”, tanya ibunya Rian pada Lola.
“Aku Lola tante. Renata Aurora. Tante lupa denganku ?”, jawab Lola.
“Lola ? Apa kabar ? (sambil memeluk Lola) Sudah lama kita nggak ketemu. Kamu sudah besar sekarang. Sudah jadi gadis remaja yang cantik sekarang. Bagaimana kabar papa dan mama mu ?”, tanya ibunya Rian.
“Aku baik tante. Papa dan mama juga baik-baik saja. Tante kenapa nggak kabarin dulu kalau tante sekeluarga mau pulang hari ini ? Dan cowok itu Rian kan tante ? Kenapa dia mandangin aku seperti itu. Bahkan tadi saja dia tidak merespon saat aku memperkenalkan diriku pada tante”, tanya Lola sambil menoleh ke arah cowok yang daritadi hanya terdiam melihat mereka.
“Ceritanya panjang sayang. Nanti tante akan ceritain semuanya ke kamu. Termasuk alasan tante sekeluarga selama enam tahun ini putus hubungan dengan kamu dan orang tuamu. Kamu masuk dulu ke dalam rumah tante. Akan tante ceritakan semuanya”, jelas ibunya Rian.
            Lola pun mengikuti langkah ibunya Rian sambil sesekali melirik ke arah Rian. Banyak pertanyaan di dalam kepala Lola saat ini. Perbuhan sikap Rian yang terasa asing baginya. Apakah hal ini wajar walau kami hanya tidak bertemu selama 6 tahun ? Sosok cowok yang di lihatnya bukanlah seperti teman semasa kecilnya dulu. Terlalu banyak kejanggalan dari sikapnya. Bahkan Lola tidak merasakan perasaan dekat seperti dulu saat ia selalu bermain dan menghabiskan waktu bersama Rian kecil.
            Lola pun mendengarkan dengan seksama penjelasan ibunya Rian tentang 6 tahun belakangan ini. Tanpa sengaja air mata Lola jatuh dan membasahi pipinya. Lola sama sekali tidak menyangka dengan apa yang telah terjadi pada Rian. Apa itu alasan perubahan sikap Rian padanya ? Kecelakaan 6 tahun lalu yang telah merenggut ingatan manisnya dan Lola semasa kecil. Membuat Rian tidak mengenali Lola sama sekali dan hanya menganggapnya sebagai orang asing. Melupakan janji yang telah mereka buat sebelum keberangkatannya Rian.
            Dengan perasaan tak menentu Lola melihat ke arah kamar Rian.
“Aku pasti akan membuat ingatan kamu kembali Rian. Kita akan merayakan ulang tahun ke-17 kita bersama-sama seperti janji kita dulu. Aku janji sama kamu dan aku nggak akan pernah nyerah untuk mewujudkan hal itu. Aku yakin Rian di hati kamu yang paling dalam pasti masih tersimpan kenangan kita dulu. Aku hanya perlu membukanya kembali Rian. Membuka ingatan dan hati kamu tentang kenangan indah kita dulu”, ucap Lola sambil tetap memandangi pintu kamar Rian.
***
            Di dalam kamar Rian terlihat 2 anak cowok sebaya yang sedang berbicara berdua. Mereka terlihat serius dengan apa yang mereka bicarakan. Terlihat salah satu dari mereka duduk di kursi roda sambil memandang keluar jendela. Dan satu lagi adalah anak cowok yang tadi Lola menyangkanya sebagai Rian.
“Kamu mau ngelakuin ini buat aku kan Vin ?”, tanya Rian pada sepupunya Kevin yang sudah tinggal dengan mereka selama Rian dan keluarganya menetap di luar negeri.
“Kenapa kamu nggak bilang yang sebenarnya aja sih Yan sama Lola tantang kondisi kamu yang sebenarnya ? Aku yakin dia pasti bisa nerima kenyataan ini. Kamu nggak perlu ngelakuin hal seperti ini Rian”, jawab Kevin pada Rian.
“Aku nggak bisa Vin. Aku nggak bisa melihat Lola yang sedih dan merasa kasihan melihat kondisiku saat ini. Selama enam tahun Vin aku tidak pernah menghubunginya dan mencoba menerima kondisiku yang sekarang. Dan aku nggak akan pernah bisa untuk menemui Lola dengan keadaan seperti ini dengan identitasku yang sebenarnya. Karena Lola aku mencoba untuk menerima keadaan ini. Tapi, aku nggak akan pernah bisa kalau aku hanya akan menjadi beban untuk Lola nantinya. Aku nggak mau kelihatan lemah di hadapannya Vin”, jelas Rian.
“Tapi dengan kamu membohongin dia seperti ini dengan mengatakan bahwa aku adalah kamu, apa kamu fikir Lola akan senang ? Melihat tatapan mata polos dan rindu yang mendalam akan sahabatnya membuat aku merasa bersalah pada Lola. Bahkan melihat pengorbanan kamu yang seperti ini aku merasa kalau hubungan kalian bukanlah hanya sekedar sahabat. Aku bisa melihat itu Yan”, dengan nada nggak habis pikir dengan ide gilanya Rian.
“Jika kamu di posisi aku sekarang, aku yakin kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan. Aku mohon Vin bantu aku sekali ini saja. Gantiin aku untuk bahagiain Lola. Jadilah Rian nya Lola. Aku tau kalau dari awal dia bukan untukku Vin. Aku akan bisa melihat Lola dari mata kamu Vin. Duniaku sekarang gelap. Tapi bukan berarti aku nggak punya impian. Impianku hanya satu, yaitu melihat Lola bahagia. Hanya itu. . .”, ucap Rian lirih.
            Mendengar ucapan Rian, Kevin hanya bisa terdiam dan mengiyakan apa yang telah dikatakan oleh sepupunya itu. Karena Kevin juga merasa bersalah dengan apa yang telah dialami Rian saat ini. Demi menolongnya Rian rela untuk kehilangan penglihatannya untuk selamanya. Dan karena hal itu juga dia merencanakan semua sandirawa ini agar Lola tidak pernah mengetahuin tentang kondisi Rian yang sebenarnya.
***
            Keesokan harinya Lola bersiap-siap untuk pergi sekolah pagi ini. Akan tetapi, ada sesuatu hal yang membuat Lola lebih bersemangat pagi ini. Lola sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah menyerah dengan kondisi Rian saat ini dan akan membantunya untuk ingat semuanya. Apalagi setelah Lola tahu bahwa Rian masuk ke sekolah yang sama dengannya.
            Pagi itu, ibunya Rian mengajak Lola untuk berangkat bersama Rian ke sekolah dan mengenalkan Rian akan sekolah barunya itu. Sebenarnya itu adalah keinginan dari Lola agar ia dapat dekat kembali dengan Rian seperti waktu kecil dulu.
            Suasana canggung pun terasa selama perjalan mereka ke sekolah. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Seakan mereka tidak pernah berkenalan. Seakan mereka baru pertama kali bertemu. Ya. . . walaupun sebenarnya ini adalah pertemuan mereka yang kedua setelah 6 tahun tidak pernah bertemu.
            Sesampainya di sekolah Lola mengantarkan Rian ke ruang kepala sekolah. Setelah itu, Lola pun menuju ke kelasnya karena bel tanda masuk telah berbunyi.
“Lola . . . . kamu ke mana aja sih ? Aku telepon ke Hp kamu kemaren malam aja nggak kamu angkat. Telepon ke rumah kamu kata Bik Inah kamu nggak mau digangguin. Emang kamu lagi sibuk apa sih ?”, tanya Sasa sahabatnya Lola sejak mereka masih duduk dibangku smp.
“Maaf ya Sa soalnya kemaren malam aku keasyikan main sama kucingku”, jawab Lola.
            Lola sengaja berbohong kepada Sasa karena Lola tidak ingin membuat sahabatnya itu khawatir kepadanya. Lola memang pernah menceritakan tentang Rian pada Sasa. Akan tetapi, Lola belum pernah menunjukkan foto Rian kepada Sasa sebelumnya. Lola tidak bisa menceritakan ke Sasa kalau sebenarnya kemaren malam dia sibuk memikirkan cara dan menyiapkan berbagai barang kenangannya dengan Rian. Lola ingin membuat Rian sesegera mungkin ingat dengan dirinya dan masa lalu mereka.
“Huh. . . dasar kamu La. Kalo udah soal kucing kesayangan kamu itu pasti deh yang lain sampai dilupain gitu. Eh, tapi kamu sayang banget sama kucingnya atau sama pemilik aslinya ?”, tanya Sasa iseng sambil menyenggol bahu sahabatnya itu.
“Apaan sih Sa ? Pertanyaan kamu aneh. Aku nggak akan jawab”, jawab Lola salah tingkah.
“Hahaha. . . kamu lucu deh La. Baru dibercandain dikit tentang Rian aja langsung merah gitu mukanya. Jangan-jangan perasaan kamu sekarang udah bukan hanya sekedar sahabat lagi kan ke Rian ? Secara kalian udah sama-sama remaja ini. Ayoooo ngaku”, canda Sasa.
“Pricilia Salsabila sahabatku, aku kasi tau ke kamu ya kalau aku sama Rian itu udah sahabatan dari kecil. Jadi, gak lebih dari itu”, tegas Lola.
“Kalo beneran juga nggak apa-apa juga kan La. Soalnya. . . ”, jawab Sasa enteng.
            Belum sempat Sasa melanjutkan omongannya, Bu Tamara masuk ke dalam kelas bersama anak baru cowok yang sangat tidak asing bagi Lola. Ternyata Rian dan Lola satu kelas. Hal itu membuat Lola senang karena dengan ia dan Rian satu kelas maka akan membantu Rian untuk memulihkan ingatan Rian sesegera mungkin.
“Anak-anak kita kedatangan murid baru. Namanya Arian Saputra. Dia adalah murid pindahan dari Australia jadi ibu harap kalian dapat membantunya dalam mengikuti semua pelajaran kita di sini”, kata Bu Tamara.
“Baik bu”, jawab semuanya serentak.
            Sasa pun memandangi wajah Lola dengan perasaan tidak menyangka. Ternyata anak yang sering diceritain Lola selama ini ada dihadapannya sekarang. Tapi Sasa merasa heran, kenapa sikap sahabatnya dan Rian terasa sangatlah canggung. Padahal menurut cerita yang selama ini selalu Lola ceritakan padanya mereka sangatlah dekat.
***
            Bel istirahat pun berbunyi, dengan cepat Sasa mengajak Lola untuk keluar kelas. Dia masih bingung dengan sikap sahabatnya itu.
“Kamu kenapa sih Sa ? Kok pake narik aku kayak gini ?”, tanya Lola sambil melepaskan tangan Sasa.
“Oke ! Sekarang kamu mau cerita apa nggak sama aku ? Kamu aneh tau La. Menurut aku kalau orang yang baru bertemu dengan seseorang yang mereka tunggu selama 6 tahun pasti bakalan bersikap senang atau paling nggak negur atau apalah. Nah kamu sama Rian malah seperti orang yang sama sekali nggak kenal. Aneh banget sih ?”, tanya Sasa.
“Panjang ceritanya Sa. Aku nggak bisa cerita ke kamu sekarang ini. Tapi, aku janji bakal cerita ke kamu nanti. Oke ?”, jawab Lola seadanya sambil berlalu mencari Rian.
“Eh tunggu ! Kamu mau ke mana ?”, tanya Sasa menarik tangan Lola.
“Aku mau cari Rian dulu. Bye . . .”, jawab Lola.
            Lola pun pergi mencari-cari Rian. Tapi dia sama sekali tidak menemukan Rian. Dia mencari Rian ke perpustakaan, kantin, parkiran, sampai balik lagi ke kelas. Tapi, tetap aja Rian tidak ada dimana pun.
            Akhirnya, Lola pun pergi ke belakang sekolah untuk mencari Rian. Walaupun sebenarnya dia nggak yakin kalau Rian akan ke sana. Lola juga bingung harus melakukan apa jika bertemu Rian nanti. Tapi, itu nggak penting. Yang penting sekarang yang ada di pikiran Lola kalau Lola harus mencoba membuat ingatan Rian kembali. Rian harus ingat kepadanya dan semua tentang mereka.
            Tanpa di sangka oleh Lola, ternyata benar Rian ada di belakang sekolah. Tapi, apa yang sedang dilakukannya ? Dengan langkah ragu-ragu, Lola menghampiri Rian. Dilihatnya ternyata Rian sedang memberi makan seekor anak kucing di sana dengan menggunakan headset. Kejadian itu membuat Lola ingat akan masa kecilnya bersama Rian. Bukan hanya itu, Lola semakin yakin bahwa dia benar-benarlah Rian. Rian sahabat kecilnya dulu. Tidak ada keraguan lagi dalam hati Lola. Walaupun sebenarnya Lola masih merasa ada kejanggalan setiap kali mencoba meyakinkan dirinya bahwa cowok yang berdiri di hadapannya sekarang adalah Rian. Tapi, semua bukti yang ada sampai sekarang selalu mengarah bahwa dia memang benarlah Rian.
“Kamu ngapain di sini ?”, tanya Lola dari belakang punggung Rian.
            Rian pun menoleh dan melihat ke arah orang yang berbicara kepadanya.
“Menurut kamu ?”, jawab Rian seadanya.
“Hmm . . .”, jawab Lola salah tingkah.
“Kamu suka binatang nggak ?”, tanya Rian.
“Suka ! Kenapa ?”, tanya Lola.
“Kalau gitu kamu bisa dipercaya. Kamu kenal dengan orang tuaku kan ? Aku dengar dari mereka kalau kamu itu sudah dianggap seperti anak mereka dari kamu lahir. Dan kata mereka kita sering main bareng waktu kita kecil. Jadi aku yakin kalau kamu tau betul kalau orang tuaku sangat tidak menyenangi binatang. Jadi aku harap kamu jangan pernah kasi tau ke mereka tentang apa yang kamu lihat sekarang”, jawab Rian ketus sambil melepaskan headset dari telinga dan handphonenya kemudian berlalu meninggalkan Lola.
            Mendengar ucapan Rian yang seperti tidak menganggap bahwa Lola itu ada membuat Lola merasa sakit sekali. Lola tau kalau Rian hilang ingatan tapi, bukan berarti sifatnya dapat berubah sedrastis itu. Ke mana Rian yang lembut dan baik yang Lola kenal ? Mana Rian yang nggak pernah memuat Lola sedih dan selalu membuatnya tertawa. Rian yang sekarang bukanlah seperti Rian yang dulu dikenalnya. Kenapa bisa seperti ini ?
            Air mata Lola pun tanpa sengaja mengalir dari matanya. Dengan perasaan yang nggak menentu Lola memanggil nama Rian dengan nada tinggi.
“ARIAN SAPUTRA. . .”, teriak Lola.
            Rian pun menoleh ke arahnya. Kaget melihat air mata yang keluar dari mata Lola membuat Rian hanya bisa terdiam melihatnya.
“Aku tau kalau kamu hilang ingatan. Tapi, apa kamu nggak bisa merasakan ada sesuatu ikatan denganku. Kita bukan hanya teman sepermainan Rian. Kita sudah bersahabat dari kita lahir. Kita bahkan saling berjanji satu sama lain saat ulang tahun kita yang ke-17 kamu akan balik dan menukar sesuatu yang paling berharga buat kita. Kamu akan mengambil kembali anak kucing yang dulu kamu pelihara diam-diam di gedung kosong dekat kompleks rumah kita dan sebaliknya kamu akan mengembalikan kalung mendiang nenekku yang aku berikan ke kamu. Tapi, di balik itu semua hanya satu yang aku inginkan Rian. Aku ingin kamu bisa mengingatku. Aku ingin kita bisa bersahabat seperti dulu. Aku nggak perduli dengan kondisi kamu saat ini tapi, paling nggak jangan bersikap seperti ini denganku”, ucap Lola sambil menangis.
            Akan tetapi, Rian tidak merespon sama sekali perkataan yang telah diucapkan oleh Lola. Dia hanya terdiam dan menghampiri Lola. Diberikannya sapu tangan yang bertuliskan huruf R kepada Lola.
“Aku nggak mau melihat air mata keluar dari mata kamu. Kata maaf mungkin tidak akan pernah cukup untuk menjelaskan semuanya. Tapi, aku yakin suatu saat nanti kamu akan berterima kasih padaku karena telah bersikap seperti ini denganmu. MAAF. . .”, jawab Rian lalu berlalu meninggalkan Lola sendiri.
            Banyak pertanyaan yang ada di kepala Lola saat ini. Maksud dari perkataan Rian yang terakhir kepadanya membuatnya bingung. Dipegang dan dipeluknya dengan erat sapu tangan bertuliskan huruf R yang diberikan oleh Rian tadi.
***
            Dilain tempat terlihat sosok cowok yang sedang duduk di atas ayunan memegang tonkat di taman kompleks rumah Lola dan Rian. Tempat yang sama saat Lola dan Rian sering bermain 6 tahun yang lalu. Cowok itu duduk sambil mendengarkan omongan antara Lola dan Rian (yang sebenarnya adalah Kevin) menggunakan headset.
            Setelah mendengarkan semua yang telah dikatakan oleh Lola, tanpa sengaja Rian yang sebenarnya meneteskan air mata.
“Sebenarnya aku juga mau bicara sama kamu secara langsung tentang apa yang sebenarnya terjadi padaku selama 6 tahun ini La. Tapi, aku nggak sanggup. Aku nggak pantes La. Duniaku sekarang gelap La. Aku nggak mau membuat kamu ikut masuk ke dalam penderitaan ini La. Biarlah kamu salah paham kepadaku atau bahkan membenciku asalkan kamu bahagia nantinya”, ucap Rian dalam hati.
            Rian berfikir dengan kondisinya yang seperti ini hanya akan member beban untuk Lola. Kelihatan penglihatannya membuat Rian berfikir tidak dapat melindungi Lola dan membuat Lola bahagia lagi. Bahkan untuk melihat wajah Lola sekarang seperti apa saja dia tidak tahu. Tapi, dalam hatinya dia yakin bahwa Lola telah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik dan lembut.
“Satu hal yang membuat aku berat untuk mengatakan kepada kamu yang sebenarnya karena aku baru sadar akan satu hal La. Mungkin ini sudah terlambat. Tapi paling nggak aku berani untuk jujur kepada diriku sendiri kalau . . . AKU JATUH CINTA SAMA KAMU RENATA AURORA. Maafkan aku karena aku nggak bisa mengatakan hal ini secara langsung sama kamu. Aku harap kamu akan selalu bahagia walau tanpa aku”, ucap Rian.
            Rian memang sengaja merekam ucapan yang baru saja dikatakannya tadi sebagai hadiah ulang tahun dan salam perpisahan darinya. Rian berencana untuk meninggalkan Indonesia dan menetap di Australia. Kembalinya ia ke Indonesia hanya untuk menepati janjinya kepada Lola 6 tahun yang lalu. Walau Rian hanya dapat melihatnya melalui mata Kevin dan dengan diam-diam menjaga Lola melalui orang lain.
***
            Lola berjalan pelan menuju rumahnya. Saat berjalan dilihatnya sesosok cowok yang sedang duduk di ayunan tempatnya dan Rian dulu sering bermain. Tanpa fikir panjang Lola menyamperi cowok itu dan duduk di sebelah ayunan itu.
            Hampir setengah jam mereka hanya terdiam di atas ayunan. Bahkan, Lola tidak mengenali bahwa yang di sebelahnya saat ini adalah Rian. Begitu pula dengan Rian. Suasana canggung pun terlihat jelas diantara mereka.
            Saat akan pergi meninggalkan taman itu, Lola jatuh pingsan dan secara refleks Rian menangkap tubuh gadis itu. Walaupun Rian tidak dapat melihat, Rian merasakan perasaan aneh saat memapah gadis itu. Dirabanya wajah gadis itu dan membuat Rian yakin siapa gadis itu sebenarnya.
“Lola. . . .”, ucap Rian panik.
            Dengan sigap Rian menggendong gadis itu. Rian pun berdiri di tengah jalan berharap akan ada mobil yang berhenti dan membantunya untuk membawa Lola ke rumah sakit. Ini mungkin memang ide yang paling aneh yang pernah dipikirkan oleh Rian. Tapi, dengan kondisinya yag panik membuat Rian nggak bisa berfikir dengan jernih lagi.
            Saat sedang menunggu akhirnya ada mobil yang berhenti melihat Rian yang menggendong Lola dalam keadaan pingsan. Ternyata Kevinlah yang menyetir mobil itu. Rian pun meminta kepada Kevin agar mau mengantarkan mereka ke rumah sakit terdekat. Kevin yang terlihat panik pun langsung membantu Rian mengantar Lola ke rumah sakit.
***
            Sesampainya di rumah sakit, kepanikan Rian mulai berkurang. Apalagi setelah mendengar dari dokter kalau Lola baik-baik saja dan ia hanya memerlukan istirahat sebentar. Mendengar hal itu, Rian pun menjadi  tenang.
            Setelah yakin dengan kondisi Lola, Rian memutuskan untuk pulang ke rumah dan meminta agar Kevin yang menemaninya di rumah sakit sampai orang tua Lola datang.
“Mau kemana ?”, tanya Kevin.
“Aku pulang dulu Vin. Kamu jagain Lola ya di sini sampai orang tuanya datang. Jangan kamu tinggalin dia di sini. Aku yakin dia akan senang banget kalau tau kamulah yang telah menolong dia”, jawab Rian.
“Lola senang karena dia anggap kalau aku itu kamu. Dia menganggap kalau aku itu Rian bukanlah Kevin. Kamu yang sebaiknya di sini Yan. Kamulah yang berhak mendapatkan semua perhatian dari Lola. Kamu yang berhak mendapatkan air mata penuh kasih sayang dari Lola, bukan aku. Dan kau tau itu”, ungkap Rian.
“Aku nggak mau mendebatkan masalah ini lagi Vin. Aku mohon. Hanya sampai hari ulang tahunku dan Lola. Karena di saat itu aku akan kembali ke Australia. Hanya tinggal beberapa hari lagi Vin”, pinta Rian.
            Rian pun berlalu dan meninggalkan Kevin dan Lola yang sedang pingsan.
***
            Hanya beberapa menit setelah kepergian Rian, Lola pun sadar dari pingsannya. Melihat sosok yang pertama kali dilihatnya membuat Lola senang karena mengetahui kalau Kevin yang disangkanya sebagai Rianlah yang telah menolongnya.
“Rian. . .”, ucap Lola lemah.
“Kamu nggak apa-apa ? Ada yang sakit ?”, tanya Kevin pada Lola.
“Aku nggak apa-apa kok. Aku senang kamu di sini”, jawab Lola sambil bangun dari tempat tidurnya.
“Aku panggil dokter dulu”, ucap Kevin.
“Tunggu !”, sambil menarik tangan Kevin.
“Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan pada kamu Yan. Mungkin ini sedikit tiba-tiba tapi, aku ingin kamu tau satu hal. Bagaimanapun sikap kamu ke aku sekarang dan terserah kamu mau menganggapku apa tapi, aku hanya ingin bilang ke kamu kalau. . . kalau sekarang rasa sayangku telah berubah ke kamu Yan. Rasa sayangku ke kamu bukanlah hanya sekedar persahabatan Yan. Aku baru menyadarinya setelah kamu merubah sikapmu padaku. Kamu nggak perlu membalas perasaanku sekarang. Aku hanya berharap kamu dapat mengingatku walau hanya sebagai sahabat”, ucap Lola.
            Kevin yang terdiam mendengar ucapan Lola tidak tahu harus melakukan apa. Sebenarnya sejak pertama kali bertemu dengan Lola, Kevin juga merasakan perasaan yang sama dengan Lola. Akan tetapi, dia tidak bisa mengungkapkan itu karena Kevin berfikir kalau Lola hanyalah menganggapnya sebagai Rian. Bukanlah Kevin. Terlebih lagi Kevin tau kalau Rian sangatlah mencintai Lola dan Lolalah yang telah memotivasinya untuk kuat dengan kondisinya saat ini.
***
            Di luar kamar Lola, terlihat Rian yang berdiri menunggui Lola di luar. Mendengar pengakuan cinta dari Lola untuk Kevin, hati Rian pun sakit. Tapi, menurutnya semua itu nggak apa-apa asalkan Lola bahagia. Karena menurut Rian kebahagiaan Lola adalah kebahagiaannya juga. Tawa Lola adalah tawanya juga. Sehingga walaupun hatinya terasa hancur, ia tetap tersenyum demi kebahagiaan Lola.
“Aku akan tetap bahagia La. Asal kamu bahagia. Jika kebahagiaan kamu adalah bersama dengan Kevin. Maka aku akan ikhlas”, ucap Rian pelan.
***
30 November 2011
            Hari ulang tahun ke-17 Rian dengan Lola pun tiba. Semuanya berjalan dengan lancer. Pesta pun dipersiapkan untuk merayakan hari ulang tahun itu. Kevin dan Lola pun semakin dekat semenjak kejadian itu. Dan setiap harinya ada seseorang yang mengirimkan boneka kucing untuk Lola. Hingga tepat hari ini jumlah boneka itu 17 buah. Lola tidak tahu siapa yang telah mengirimkannya boneka-boneka itu.
            Malam pun tiba. Acara Lola akan di mulai tepat jam 7 malam nanti. Sebelumnya Kevin mengajak Lola untuk bertemu di taman dekat kompleks perumahan mereka.
            Sesampainya di sana Lola melihat sesosok cowok yang ia kenali duduk di atas ayunan.
“Rian. . .”, panggil Lola riang.
“Makasih ya kamu sudah datang”, ucap Kevin.
“Ada apa kamu ngajakin ketemuan di sini ? Bentar lagi kan acara kita akan dimulai ?”, tanya Lola.
“Ada sesuatu yang ingin aku dengerin ke kamu”, jawab Kevin.
            Lola pun mendengarkan isi rekaman itu yang ternyata adalah rekaman suara Rian. Lola bingung dengan apa yang terjadi. Akhirnya Kevin menceritakan semua yang sebenarnya terjadi. Siapa ia sebenarnya dan siapa Rian yang sebenarnya. Bahwa selama ini Kevin bukanlah Rian sahabat semasa kecil Lola.
            Kevin juga menceritakan kalau penyebab semua ini adalah dia. Karena ingin menolong Kevin yang akan ditabrak oleh mobil 6 tahun yang lalu, akhirnya justru Rianlah yang ditrabak oleh mobil itu sehingga Rian kehilangan penglihatannya. Kevin pun menceritakan saat kejadian di belakang sekolah, ia bukanlah sedang memberi makan seekor kucing melainkan sedang berbicara di telepon dengan Rian yang sesungguhnya. Karena menyadari kedatangan Lola akhirnya Rian meminta agar Kevin pura-pura memberi makan seekor kucing agar Lola percaya bahwa ia adalah Rian yang sebenarnya. Sapu tangan yang aku berikan ke kamu, itu beneran kepunyaan Rian La. Kevin juga melihat saat Lola dan Rian duduk di ayunan bersama namun, Lola tidak menyadari bahwa yang duduk di sebelahnya adalah Rian yang selama ini dia rindukan. Dan saat Lola pingsan, Rianlah yang menolongnya bukan Kevin. Boneka yang selama ini dikirim oleh orang misterius adalah pemberian Rian karena ia akan meninggalkan Indonesia malam ini.
            Kevin pun memberikan kalung mendiang neneknya Lola kepada Lola. Kalung itu sengaja dititipkan kepada Kevin karena Rian nggak sanggup mengucapkan kata-kata perpisahan untuk Lola.
            Mendengar penjelasan dari Kevin membuat Lola bingung dan merasa bersalah kepada Rian. Tanpa sengaja air mata mengalir dari mata indahnya Lola.
“Anterin aku ketemu Rian. Aku ingin bertemu dengannya walau untuk yang terakhir kalinya. Kenapa dia harus ngelakuin hal konyol seperti ini ?”, desak Lola.
“Orang yang sedang jatuh cinta akan ngelakuin hal bodoh demi orang yang dicintainya La. Termasuk Rian”, jelas Kevin.
            Mereka pun bergegas menyusul Rian yang akan berangkat ke Australia sebentar lagi.
***
            Sesampainya di bandara mereka pun bergegas mencari keberadaan Rian. Mereka pun berpencar untuk mencarinya. Lola berharap kalau dia belum terlambat.
“Rian bodoh ! Kenapa kamu harus ngelakuin hal ini sih”, gerutu Lola sambil menangis.
            Akhirnya Lola pun menemukan Rian yang sedang duduk di ruang tunggu penumpang. Ia memohon kepada petugas agar mengizinkannya masuk ke dalam ruang tunggu. Kevin pun datang tidak lama setelah itu dan memohon agar mereka diizinkan masuk. Akhirnya petugas memperbolehkan mereka masuk walau hanya untuk sebentar saja.
“Riannnnnnn”, teriak Lola sambil berlari menghampiri Rian.
            Rian pun sontak melihat ke arah suara itu berasal.
“Kamu jahat ! Kamu mau pergi gitu aja tanpa menemuiku. Kita bersahabat kan ? Apa kamu fikir aku nggak akan bisa menerima semua keadaan kamu sekarang ? Bagi aku, kamu tetaplah sahabat yang sangat berarti buat aku Yan. Aku sayang sama kamu”, ucap Lola.
            Rian pun tersenyum mendengar perkataan Lola.
“Maafkan aku La kalau aku ngebohongin kamu selama ini. Mungkin aku memang pengecut karena aku nggak akan pernah bisa untuk ngomong langsung sama kamu. Tapi, makasih kamu udah mau datang ke sini karena bagi aku itu udah cukup. Aku harus tetap pergi La karena di sana aku akan menjalani terapi untuk mataku. Walaupun nantinya aku belum bisa melihat tapi, kalau nggak dicoba kita nggak akan pernah tau kan ?”, ucap Rian.
“Kamu mau ninggalin aku sendirian di sini ? Kamu bilang kamu cinta sama aku ? Tapi, kenapa kamu ngelakuin hal ini ke aku ?”, tanya Lola.
“Aku memang mencintai kamu Renata Aurora. Tapi, hati kamu bukanlah untukku. Hati kamu untuk Kevin La. Aku memang tidak bisa melihat tapi, aku bisa merasakan kalau hati kamu bukanlah untukku. Mungkin kita hanya bisa bersahabat, sekarang, dan selamanya”, ucap Rian sambil tersenyum.
“Aku merestui hubungan kalian berdua. Tapi, kamu harus janji padaku kalau kamu akan terus bahagia dan tersenyun demi aku. Kamu harus bahagia dengan Kevin”, ucap Rian.
            Rian pun menyadari kalau memang dari awal hati Lola hanyalah untuk Kevin. Mungkin Rian memang tersimpan di dalam hati Lola tapi, tidak lebih dari sahabat. Rian tau kalau Lola bukanlah untuknya. Dan yang terpenting baginya hanyalah kebahagiaan Lola. Hanya itu.




*THE END*